Find Web

Minggu, 29 November 2009

Krakatau Yang Meledakan Dunia

Krakatau Yang Meledakan Dunia

Letusan Gunung Krakatau (1883) dicatat dalam The Guiness Book of Records sebagai ledakan terhebat yang pernah terekam sejarah dan saat terjadinya ledakan itu disebut sebagai “ketika dunia meledak”. Induk dari Krakatauyang disebut sebagai Krakatau Purba juga dianggap bertanggung jawab atas musnahnya banyak peradaban.
Minggu, 26 Agustus 1883, seorang Bintara Belanda yang bertugas di Batavia menyaksikan perubahan cuaca yang begitu drastis. Langit peket berawan mendung, hujan turun beserta butiran-butiran es, suara gemuruh badai disertai letupan,dan suara letusan-letusan seperti meriam berat membahana diseluruh penjuru kota.
Sekitar pukul lima sore hari itu, dari dua lapangan di Batavia, orang bisa menyaksikan kilatan-kilatan seperti halilintar dari ufuk barat, bukan muncul dari atas kebawah tetapi dari bawah ke atas. Kondisi Batavia kemudian berubah mencekam. Letusan-letusan terus terdengar beruntun dan kilat menyambar-nyambar. Di kota tersebut hamper tak ada orang yang tidur kala itu.beberapa dari mereka berkumpul dihalaman rumah membincangkan fenomena alam yang sedang terladi.
Ketika waktu menginjak pukul dua pagi, rentetan letusan bak tembakan cepat artileri mencapai puncaknya. Akibat rentetan letusan tanpa jeda itu, rumah-rumah batu bergetar, jendela-jendela bergemerincing, gelas lampu penerangan jalan jatuh dan bertebaran ditanah. Sesudah itu ledakan-ledakan itu sempat mereda, namun dari arah barat masih terdengar suara gemuruh. Beberapa saat kemudian udara berubah menjadi sangat dingin. Seluh Batavia diseli,uti udara dingin dank abut tebal yang ternyata hujan abu. Hujan abu tersebut mulai jatuhsejak tengah malam, mula-mula jarang tetapi lama kelamaan makin deras, sehingga seiisi kota tak ada yang luput dari terpaannya. Sampai pukul tujuh pagi Senin, 27 Agustus 1883 matahari belum muncul.dan pada pukul sembilan ledakan-ledakan makin kencang terdengar. Setelah pukul dua belas, ada kabar dari Pasar Ikan dan Tanjung Priok yang menyebut bahwa gelombang pasang telah membanjiri kota bagian bawah. Permukaan air mencapai dua meter diatas garis normal. Pengungsi mulai mengalir sepanjang jalan raya dengan membawa harta benda yang bisa mereka bawa ke arah daerah yang lebih tinggi. Korban yang meninggal dunia sebanyak 1.794 orang penduduk asli dan 546 Cina dan Timur Asing lainnya. Di daerah Merak Jawa Barat, hanya dua orang Belanda yang daopat selamat dari maut. Yang pertama adalah E. Pechler, seorang pekerja disebuah perusahaan pelabuhan.
Sekitar pukul sembilan pagi E. Pechler berada di kaki sebuah bukit diluar Merak. Tak disangka-sangka tiba-tiba hujan lumpur dan badai menimpa dirinya. Pechler juga melihat gelombang air mendekat sehingga ia spontan lari secepat-cepatnya keatas bukit. Selain E. Pechler,seorang insinyur asal Belanda bernama Nieuwenhuis juga selamat. Takkala air pasang melanda Merak ia sedang bepergian ke Batavia.

Kesaksian Sang Penumpang
Berdasarkan catatan penumpang, tatkala berangkat pada pagi 26 Agustus itu cuaca sangat cerah. Kapal Loundon berlabuh diteluk Betung. Waktu itu, hari amat cepat berubah menjadi gelap, dan laut pun makin berombak,. Hujan abu juga sudah mulai turun. Kapal Loundon memberi isyarat kepelabuhan agar dikirimi sekoci bagi penumpang yang akan mendarat.
Dari kapal terlihat lampu pelabuhan menyala seperti biasa, namun tetap tampak Teluk Betung tengah berada dalam situasi yang luar biasa. Sejumlah kapal lain yang ada disekitar wilayah itu tampak memperlihatkan tanda bahaya. Suara kentongan terdengar dipukul bertalu-talu, lampu yang menerangi kota dipadamkan, sementara hujan abu telah berubah wujud menjadi hujan batu apung yang deras.
Pukul tujuh pagi, para penumpang menyaksikan gelombang air dengan kekuatan besar meleju kea rah kapal. Tak lama berselang, tiga gelombang dasyat kembali datang. Para penumpang kemudian menyaksikan gelombang-gelombang itu membuat segala yang ada dipantai menjadi porak. Melihat semua bahaya yang membuat bulu tubuh bergidik itu, Kapten Lindeman memutuskan untuk meninggalkan tempat itu. Loundon berangkat menuju Anyer,dengan tujuan untuk melaporkan malapetaka yang terjadi di Teluk Betung.
Diruang kemudi, nahkoda melihat kompas mulai menunjukkan gerakan-gerakan yang aneh. Dilaut terjadi arus kuat tetapi selalu berubah arahnya. Beberapa saat kemudian, angin bertiup kuat , lalu bekembang menjadi badai. Setelah serangan gelombang, tujuh kali berturut-turut halilintar menghantam tiang utama.sesekali badai dan ombak reda, sehingga suasana sejenak menjadi tenang. Tetapi bukan berarti suasana mencerkam sirna.pada suasana sepi seperti itu, seluruh penumpang tak dapat mendengar suara selain keluh kesah dan doa para penumpang.

Dunia Yang Meledak
Kesaksian seorang penumpang Kapal Api gouverneur General Loundon tersebut menggambarkan betapa ledakan Gunung Krakatau adalah sesuatu yang amat mengerikan. Ditilik secara geografis, Krakatau merupakan gunung berapi aktif yang terletak di Selat Sunda,yakni antara Pulau Jawa dan Sumatera letusan Krakatau yang legendaries ituterjadi pada akhir Agustus 1883.
Sebelum tahun 1883, Krakatau pernah meletus pada tahun 1680. selama hampir 200 tahun Krakatau tertidur panjang, hingga akhirnya pada tanggal 20 Mei 1883terjadi ledakan digunung itu yang terdengar dalam jarak 160 km. selama tiga bulan setelah itu, kegiatan vulkanik mulai terjadi. Pada tanggal 26 Agusttus 1883, letusan mulai terdengar dan debu beserta asap terlihat menyebur setinggi 36 kilometer selama empat jam. Ledakan itu juga menimbulkan tsunami pertama yang terjadi pada pukul lima sore.
Keesokan harinya empat letusan dasyat terjadi. Semua letusan itu terdengar di lebih dari 1/13 permukaan bumi. Ledakan hari itu juga menyemburkan debu dan asap ke udara setinggi 80 kilometer dan menimbulkan sembilan kali gelombang tsunami.

Krakatau Purba
Ketika para ahli meneliti kawasan Krakatau di Selat Sunda, mereka memperkirakan pada masa purba terdapat gunung yang sangat besar di Selat Sunda. Gunung sangat besar itu yang kemudian dinamakan Gunung Krakatau Purba dan diyakini sebagai induk Gunung Krakatau yang meletus tahun 1883 diperkirakan meletus dengan amat dasyat dan menyisakan sebuah kaldera atau kawah besar.
Informasi mengenai letusan Krakatau Purba diambil dari sebuah teks Jawa kuno yang berjudul Pustaka Raja Parwa yang diperkirakan berasal dari tahun 416 masehi. Isi teks tersebut antara lain menyatakan :
“Ada suara guntur yang menggelegar berasal dari gunung Batuwara. Ada pula goncangan bumi yang menakutkan, kegelapan total, petir dan kilat. Kemudian datanglah badai angin dan seluruh badai menggelapkan seluruh dunia. Sebuah banjir besar dating dari Gunung Batuwara dan mengalir ketimur menuju Gunung Kamula…ketika air menenggelamkannya, pulai Jawa terpisah menjadi dua, menciptakan pulau Sumatera.”
Tinggi Gunung Krakatau Purba, berdasar catatan Pustaka Raja Parwa, mencapai 2.000 meter di atas permukaan laut dan memiliki lingkaran pantai sekitar 11 km. Ledakan Gunung Krakatau Purba mengakibatkan tiga perempat tubuh gunung itu hancur dan hanya menyisakan kaldera di Selat Sunda.
Ledaakan Krakatau Purba disinyalir memiliki peran atas terjadinya abad kegelapan dimuka bumi. Ledakan Krakatau Purba diperkirakan terjadi selama 10 hari denagn perkiraan kecepatan muntahan massa mencapai 1 juta ton per detik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar